JAKARTA - Memasuki pertengahan September 2025, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem yang diprediksi berlangsung selama sepekan ke depan. Prediksi ini berdasarkan informasi dari BMKG Juanda, yang memantau fenomena atmosfer yang berisiko menimbulkan hujan sedang hingga lebat.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang, Sadono Irawan, menegaskan bahwa kondisi ini dapat memicu berbagai bencana hidrometeorologi, termasuk longsor, banjir, banjir bandang, serta angin kencang atau puting beliung. “Kami mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama di wilayah-wilayah yang telah teridentifikasi rawan bencana,” jelas Sadono saat dikonfirmasi, Kamis, 11 September 2025.
Wilayah Rawan Bencana di Kabupaten Malang
BPBD Kabupaten Malang telah mengidentifikasi sejumlah kecamatan yang masuk kategori rawan bencana berdasarkan karakteristik geografi dan prediksi cuaca ekstrem.
Rawan Banjir:
Kecamatan Pujon
Kecamatan Ngantang
Kecamatan Kasembon
Kecamatan Karangploso
Kecamatan Dau
Kecamatan Singosari
Kecamatan Lawang
Kecamatan Pakis
Kecamatan Poncokusumo
Kecamatan Ampelgading
Kecamatan Tirtoyudo
Kecamatan Dampit
Kecamatan Sumbermanjing Wetan
Kecamatan Gedangan
Kecamatan Kalipare
Kecamatan Wagir
Rawan Tanah Longsor:
Kecamatan Pujon
Kecamatan Ngantang
Kecamatan Kasembon
Kecamatan Karangploso
Kecamatan Dau
Kecamatan Singosari
Kecamatan Lawang
Kecamatan Poncokusumo
Kecamatan Tumpang
Kecamatan Ampelgading
Kecamatan Tirtoyudo
Kecamatan Dampit
Kecamatan Sumbermanjing Wetan
Kecamatan Wagir
Kecamatan Kromengan
Kecamatan Ngajum
Kecamatan Wonosari
Rawan Angin Kencang/Puting Beliung:
Kecamatan Karangploso
Kecamatan Dau
Kecamatan Singosari
Kecamatan Lawang
Kecamatan Pakis
Kecamatan Jabung
Kecamatan Tajinan
Kecamatan Poncokusumo
Kecamatan Bululawang
Kecamatan Gondanglegi
Kecamatan Sumberpucung
Kecamatan Kepanjen
Langkah Antisipasi dan Kesiapsiagaan BPBD
Sadono menegaskan bahwa meskipun saat ini Kabupaten Malang masih berada dalam status transisi darurat kepemulihan, seluruh personel dan peralatan BPBD telah disiagakan untuk menghadapi potensi bencana.
“Kami sudah menyiapkan berbagai langkah antisipasi dengan menempatkan personel dan peralatan dalam posisi standby. Selain itu, kami juga terus berkoordinasi dengan instansi terkait dalam rangka memperkuat kesiapsiagaan bencana di wilayah ini,” lanjutnya.
BPBD juga mengimbau masyarakat untuk memantau perkembangan cuaca secara rutin melalui kanal resmi BMKG dan informasi yang disampaikan oleh pihak berwenang. Warga di daerah rawan bencana diminta untuk menyiapkan langkah pengamanan diri, seperti menyelamatkan dokumen penting, memindahkan barang berharga ke tempat aman, serta mengikuti arahan petugas saat terjadi bencana.
Selain itu, masyarakat yang tinggal di wilayah rawan tanah longsor atau banjir disarankan untuk menghindari aktivitas di area tebing atau sungai selama periode cuaca ekstrem. Sedangkan bagi warga di daerah rawan angin kencang, disarankan untuk menahan diri dari kegiatan di luar rumah yang berisiko tinggi, seperti berada di dekat pohon tinggi atau bangunan ringan.
Kesiapsiagaan Menjadi Kunci Keselamatan
Fenomena cuaca ekstrem yang diperkirakan berlangsung dari 10–17 September 2025 menuntut koordinasi antara BPBD, pemerintah kecamatan, serta masyarakat. Peringatan dini dari BMKG Juanda menjadi acuan bagi langkah antisipatif, agar risiko korban jiwa maupun kerugian materi bisa diminimalkan.
Sadono menekankan bahwa kesiapsiagaan bukan hanya tanggung jawab BPBD, melainkan juga masyarakat. “Dengan kewaspadaan sejak dini, risiko bencana bisa ditekan. Segera ikuti arahan petugas jika kondisi membahayakan, dan tetap tenang saat menghadapi situasi darurat,” ujarnya.
BPBD Kabupaten Malang juga telah menyiapkan jalur evakuasi dan lokasi penampungan sementara bagi warga terdampak bencana. Warga diminta untuk mencatat nomor darurat BPBD serta menyiapkan perlengkapan darurat pribadi, seperti senter, obat-obatan, air minum, serta makanan ringan.
Dengan kesadaran dan kewaspadaan yang tinggi, masyarakat diharapkan mampu menghadapi potensi bencana hidrometeorologi selama periode cuaca ekstrem tanpa menimbulkan korban jiwa atau kerusakan yang parah.