JAKARTA - PT Pertamina (Persero) kembali memperbarui harga bahan bakar minyak (BBM) untuk seluruh wilayah Indonesia. Penyesuaian harga ini mulai berlaku pada Rabu, 23 Oktober 2025.
Dalam pengumuman resminya, Pertamina memastikan harga BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar tetap stabil. Sementara itu, BBM nonsubsidi seperti Dexlite dan Pertamina Dex mengalami kenaikan tipis di sejumlah daerah.
Berdasarkan data resmi dari laman Pertamina, wilayah Jawa, Bali, dan sebagian Sumatra mengalami sedikit perubahan harga dibandingkan bulan sebelumnya. Penyesuaian ini mengikuti tren harga minyak dunia yang terus berfluktuasi sepanjang Oktober.
Berikut rincian harga BBM per 23 Oktober 2025. Pertalite masih bertahan di Rp10.000 per liter, sementara Pertamax dijual antara Rp12.200 hingga Rp12.800 per liter tergantung wilayah.
Untuk jenis Pertamax Turbo, harga ditetapkan sebesar Rp14.500 per liter. Dexlite kini naik menjadi Rp13.700 per liter, sementara Pertamina Dex menyentuh angka Rp14.000 per liter setelah naik sekitar Rp150 per liter.
Adapun Solar subsidi tetap berada di kisaran Rp6.800 per liter. Pertamina menegaskan bahwa perbedaan harga di tiap wilayah disebabkan oleh biaya logistik dan distribusi yang bervariasi.
Faktor Global Jadi Penyebab Penyesuaian
Kenaikan harga BBM nonsubsidi kali ini tidak lepas dari pengaruh faktor global. Harga minyak mentah dunia kembali merangkak naik, sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih berfluktuasi.
Pertamina menyampaikan bahwa perubahan harga dilakukan sesuai dengan formula penetapan harga BBM yang diatur oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Mekanisme ini memastikan harga BBM tetap transparan dan mencerminkan kondisi pasar internasional.
Kenaikan Dexlite dan Pertamina Dex yang hanya sekitar Rp100 hingga Rp150 per liter dianggap masih dalam batas wajar. Pertamina menilai penyesuaian tersebut tidak akan memberikan tekanan besar bagi pengguna kendaraan bermesin diesel.
Menurut pernyataan perusahaan, langkah ini juga penting untuk menjaga keseimbangan antara keberlanjutan bisnis dan kemampuan masyarakat dalam membeli BBM berkualitas tinggi. Penyesuaian yang proporsional diharapkan mampu menjaga stabilitas energi nasional.
Pertamina memastikan seluruh proses perhitungan harga dilakukan secara hati-hati. Dengan begitu, keputusan yang diambil tetap mempertimbangkan kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat.
Pertalite dan Solar Tetap Jadi Andalan Subsidi
Di tengah penyesuaian harga BBM nonsubsidi, pemerintah menegaskan bahwa Pertalite dan Solar masih akan disubsidi penuh. Kementerian ESDM memastikan harga kedua jenis BBM tersebut tidak akan naik hingga akhir tahun 2025.
Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi pemerintah dalam menjaga stabilitas harga energi nasional. Langkah tersebut juga menjadi upaya untuk melindungi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dari tekanan ekonomi global.
Dengan menjaga harga Pertalite di Rp10.000 per liter, pemerintah berharap roda perekonomian domestik tetap bergerak stabil. Begitu pula dengan harga Solar subsidi yang dipertahankan di Rp6.800 per liter guna mendukung sektor logistik dan transportasi umum.
Pertamina menilai kebijakan ini sejalan dengan program jangka panjang pemerintah dalam menstabilkan harga energi dan menekan laju inflasi. Keputusan mempertahankan harga subsidi ini juga menjadi sinyal bahwa pemerintah tetap memprioritaskan kesejahteraan rakyat.
Selain itu, subsidi energi masih menjadi alat penting untuk menjaga daya beli masyarakat. Pemerintah berharap kebijakan ini mampu menjadi bantalan ekonomi di tengah ketidakpastian global.
Reaksi Masyarakat dan Pelaku Transportasi
Kenaikan harga pada BBM nonsubsidi memunculkan beragam respons dari masyarakat. Sejumlah pengguna kendaraan pribadi mengaku masih dapat menerima perubahan tersebut karena dianggap tidak terlalu signifikan.
Banyak yang memahami bahwa kenaikan harga minyak dunia tidak bisa dihindari. Masyarakat menilai kenaikan kali ini masih dalam batas wajar karena tidak memengaruhi BBM bersubsidi yang digunakan sebagian besar kendaraan harian.
Sementara itu, asosiasi transportasi logistik mengingatkan agar pemerintah tetap mengawasi dampak kenaikan harga terhadap sektor distribusi. Kenaikan harga pada BBM diesel dikhawatirkan bisa berpengaruh pada ongkos kirim dan tarif angkutan barang.
Beberapa pengusaha angkutan menyebut bahwa meskipun kenaikan hanya Rp100–Rp150 per liter, efek domino bisa terasa di sektor logistik. Pemerintah diminta menyiapkan langkah antisipatif jika ada gejolak harga pada biaya transportasi menjelang akhir tahun.
Ekonom juga menilai kebijakan subsidi BBM yang tetap dipertahankan akan menjadi penopang stabilitas inflasi nasional. Dengan begitu, daya beli masyarakat tidak akan terganggu secara signifikan.
Komitmen Pertamina Jaga Ketersediaan Energi Nasional
PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmennya untuk menjaga pasokan energi di seluruh wilayah Indonesia. Perusahaan pelat merah ini memastikan stok BBM aman dan distribusi berjalan lancar di seluruh SPBU.
Selain fokus pada pasokan, Pertamina juga terus mendorong masyarakat untuk beralih ke BBM berkualitas tinggi. Upaya ini sejalan dengan program Langit Biru, yang bertujuan mengurangi emisi karbon dari kendaraan bermotor.
Pertamina menilai konsumsi BBM berkualitas tinggi tidak hanya menjaga performa mesin kendaraan, tetapi juga berkontribusi terhadap lingkungan yang lebih bersih. Langkah ini menjadi bagian dari transformasi energi menuju masa depan yang lebih hijau.
Di sisi lain, pemerintah mengapresiasi langkah Pertamina yang tetap menjaga stabilitas harga di tengah kondisi global yang tidak menentu. Sinergi antara pemerintah dan Pertamina diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Pemerintah juga menegaskan bahwa setiap kebijakan harga energi akan selalu mempertimbangkan tiga aspek penting: ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, dan keberlanjutan lingkungan. Tiga hal ini menjadi dasar bagi arah kebijakan energi nasional ke depan.
Harapan untuk Stabilitas Ekonomi ke Depan
Dengan penyesuaian harga terbaru ini, pemerintah berharap sektor energi dapat menjadi fondasi kuat bagi pemulihan ekonomi nasional. Harga BBM yang stabil diyakini mampu menjaga inflasi tetap terkendali dan konsumsi masyarakat tetap tumbuh.
Pertamina dan pemerintah akan terus melakukan evaluasi berkala terhadap kondisi harga minyak dunia. Evaluasi ini bertujuan memastikan harga BBM dalam negeri tetap relevan dengan dinamika global, tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat.
Melalui kebijakan subsidi dan penyesuaian selektif terhadap BBM nonsubsidi, pemerintah berupaya menjaga keseimbangan antara efisiensi fiskal dan kesejahteraan publik. Langkah ini diharapkan dapat memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha.
Pertamina pun menegaskan komitmennya untuk terus berinovasi dalam penyediaan energi bersih. Selain menjaga suplai BBM, perusahaan juga mengembangkan energi terbarukan sebagai bagian dari transformasi menuju ekonomi hijau.
Dengan kolaborasi kuat antara pemerintah dan Pertamina, diharapkan kestabilan energi nasional dapat terus terjaga. Ke depan, kebijakan harga BBM akan terus diarahkan agar selaras dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan ekonomi global.