Batu Bara

Harga Batu Bara Tertekan, Peluang Pemulihan Terlihat di Pasar

Harga Batu Bara Tertekan, Peluang Pemulihan Terlihat di Pasar
Harga Batu Bara Tertekan, Peluang Pemulihan Terlihat di Pasar

JAKARTA – Harga batu bara global mengalami tekanan tajam dalam tiga hari terakhir, seiring menurunnya permintaan dan berakhirnya musim panas di belahan bumi utara. Pada Rabu, 10 September 2025, kontrak batu bara di pasar ICE Newcastle untuk pengiriman bulan berikutnya ditutup di US$ 102,45 per ton, turun 1,35% dibandingkan hari sebelumnya. Ini menjadi level terendah sejak Mei 2025, menandai penurunan kumulatif 4,74% selama tiga hari berturut-turut.

Pergerakan ini mencerminkan tren bearish jangka pendek, dipicu oleh faktor fundamental maupun teknikal, serta memberikan peluang bagi investor untuk menilai potensi rebound harga batu bara dalam waktu dekat.

Faktor Penurunan Harga Batu Bara

Penurunan harga batu bara tidak terlepas dari melemahnya permintaan global. Volume permintaan batu bara kokas pada semester I-2025 tercatat turun 6% year-on-year menjadi 172 juta ton. Penurunan ini turut dipengaruhi oleh menurunnya konsumsi listrik di belahan bumi utara setelah berakhirnya musim panas, sehingga penggunaan pendingin ruangan berkurang signifikan.

Selain itu, tren global terhadap energi terbarukan dan tekanan regulasi terhadap penggunaan batu bara juga turut membatasi laju kenaikan harga. Dengan kondisi tersebut, sentimen negatif tetap membayangi pasar batu bara meski ada potensi rebound di level tertentu.

Secara teknikal, batu bara menunjukkan sinyal oversold. Indikator Relative Strength Index (RSI) berada di level 17, menandakan posisi bearish ekstrem. Sementara Stochastic RSI sudah menyentuh angka 0, memperkuat sinyal jenuh jual (oversold). Hal ini mengindikasikan bahwa meski harga anjlok, peluang pemulihan atau rebound masih terbuka, terutama bagi investor yang menargetkan pergerakan jangka pendek.

Peluang Rebound dan Level Teknis

Dalam perspektif harian (daily time frame), harga batu bara berpotensi bergerak naik setelah kondisi oversold tercapai. Target resisten terdekat diperkirakan berada di kisaran US$ 105-108 per ton, dan jika menembus, harga dapat menuju US$ 109-111 per ton.

Sementara itu, level support terdekat berada pada US$ 96 per ton. Penembusan di bawah titik ini dapat mendorong harga menuju US$ 93 per ton, menandakan kemungkinan tekanan jual lebih lanjut. Analisis teknikal ini memberikan gambaran bahwa meski harga sedang turun, pasar tetap memiliki titik balik yang potensial untuk kenaikan dalam jangka pendek.

Investor juga disarankan memantau perkembangan permintaan batu bara dari negara pengimpor besar seperti China dan India. Penurunan impor dari kedua negara ini, jika berlanjut, bisa menambah tekanan terhadap harga global. Sebaliknya, pemulihan permintaan listrik di musim mendatang berpotensi mengangkat harga batu bara kembali ke level tertinggi beberapa minggu terakhir.

Dengan kombinasi faktor fundamental dan teknikal, harga batu bara diprediksi akan mengalami fluktuasi cukup signifikan dalam beberapa hari ke depan. Pelaku pasar dianjurkan untuk memantau indikator RSI dan Stochastic RSI secara rutin, sekaligus memperhatikan berita terkait pasokan dan permintaan global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index